Breaking News

Mewaspadai Pemutarbalikan Sejarah yang Menyesatkan Generasi Muda

JAKARTA — Ketua Forum Bersama Bhinneka Tunggal Ika, Dr Taufan Hunneman, mengingatkan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mewaspadai narasi sejarah yang menyesatkan terkait Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Menurutnya, ada upaya sistematis untuk memutarbalikkan fakta sejarah dengan menempatkan PKI sebagai korban. Padahal sejarah mencatat partai tersebut sebagai pelaku dan pemicu konflik sosial di Indonesia.
“Ini bukan sekadar perbedaan tafsir sejarah, tapi upaya cuci tangan dari pelaku yang ingin menghapus jejak keterlibatan mereka dalam kekacauan masa lalu,” ujar Taufan di Jakarta, Senin (4/11/2025).

Taufan menegaskan, ideologi komunis yang dibawa PKI menganjurkan revolusi radikal, seperti yang dipraktikkan oleh tokoh-tokoh seperti Lenin dengan Revolusi Bolshevik, Mao Zedong dengan revolusi petani, dan Che Guevara melalui gerilya kiri. 

“PKI bukan hanya partai politik, tapi juga mesin ideologis yang menginfiltrasi masyarakat melalui berbagai cara,” tegas mantan aktivis 98 ini.

Ia menjelaskan, sejak Pemilu 1955, PKI telah menjadi salah satu dari lima partai besar dan menempati posisi keempat. 

Keberhasilan ini membuka jalan bagi mereka untuk masuk ke parlemen dan menyebarkan pengaruh ke berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Menurut Taufan, PKI menggunakan berbagai metode untuk melemahkan lawan politiknya, termasuk teror dan agitasi. 

Ia menyoroti aksi sepihak perampasan tanah oleh Barisan Tani Indonesia (BTI), pembakaran buku-buku sastra oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), serta tuntutan pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) oleh Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI).

“PKI menuding kelompok ulama, TNI-Polri, dan mahasiswa yang tidak sejalan sebagai antek neokolim. Ini adalah bentuk propaganda yang memecah belah rakyat,” ungkapnya.

Taufan juga menyebut, PKI merupakan partai proxy yang berkiblat pada Komunis Internasional (Komintern). 

Menurutnya, D.N. Aidit, tokoh utama PKI, disebut-sebut mendapat arahan langsung dari Mao Zedong setelah pergeseran kiblat politik PKI dari Uni Soviet ke Tiongkok pada era 1948.

Di tengah era kebebasan informasi saat ini, Taufan mengajak generasi muda untuk tidak terjebak dalam narasi sejarah yang dimanipulasi. 

“Jangan sampai kita ikut mendiskreditkan TNI atau mengambil bagian dalam kesesatan sejarah yang telah direkayasa,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat waspada terhadap agen-agen proxy yang menyebarkan propaganda dan distorsi sejarah. 

“Sejarah tidak bisa ingkar. Kekejaman PKI sudah tercatat sejak 1945 hingga 1948, termasuk persekusi terhadap kaum Indo dan Eropa, serta penghinaan terhadap ulama dalam pementasan Lekra,” tambahnya.

"Waspadai pemutarbalikan fakta. Jangan biarkan generasi kita kehilangan arah karena sejarah yang telah dimanipulasi," tutup Taufan.
© Copyright 2022 - OPINIRAKYAT.ID